Monday, June 21, 2010

TIGA RUKUN YANG MENOPANG AGAMA YAITU ISLAM, IMAN, IHSAN

Agama yang di ajarkan oleh Jibril itu adalah agama yang ditopang oleh tiga rukun atau pilar. Biasanaya tiang itu berada disudut bangunan. Karena kita menyebut rukun yamani (tiang di sudut kabah yang mengarah ke Yaman), rukun Iraqi (tiang di sudut Kabah yang mengarah ke Irak), rukun Syam (tiang di sudut kabah yang mengarah ke negeri Syam).

Tiga rukun yang menopang agama ibarat tripot (kaki tiga). Kalau tripot ini salah stu tiangnya dihilangkan, tentu roboh, Agama yang ditopang oleh tiga tiang, tiga-tiganya harus ada. Kalau salah satu saja ditiadakan, maka agama oarng itu akan ambruk.

Yang menjadi pertanyaan sejak kapan kita mendengar istilah rukun Ihsan? Jarang bukan kereja para ulama atau ustaz pun kalau ceramah rata-rata hanya berbicara malah IMAN dan ISLAM saja. Di negeri Mesir, Jordania, Irak para ulama menegaskan bahwa mereka betul-metul membahas hadis ini, karena itu rukun umat sadar betul rukun ISLAM, rukun IMAN, dan rukun IHSAN. Sementara di Indonesia yang \dibahas hanya rukun IMAN dan rukun ISLAM saja. Rukun Islam menjadi syariah, rukun Iman menjadi akidah dan rukun Ihsan diabaikan, sehingga hilang sepertiga agama.

Karena itu bisa saja orang berzakat, salat, puasa, haji, bisa saja orang meyakini betul adanya Allah, malaikat, kitab, rosul, takdir dan kiamat, tapi orang tidak pernah merasakan dilihat oleh Allah. Kalau saja hadir perasaan dilihat oleh Allah, maka ada rasa malu dan takut.

Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, semua itu adalah tanda-tanda adanya Dia, yang mahakaya, mahakuasa, mahacerdas, maha berkehendak. Maka apa pun yang dilihatnya, itu adalah tanda Allah. Apa pun yang dilihatnya, seakan dia melihat Allah. Ditatapnya pohon, serasa melihat Allah, Ditatapnya dinding, ditatapnya manusia, sehingga tak pernah berhenti decak kagum didalam dirinya, selalu saja tidak terkatakan oleh mulut, tapi dengan kalbu terkata, Allah, subhanallah, masya Allah, Allahhu akbar dst. Yang dilihat itu bukan Allah dalam bentuk zat-Nya, tapi tanda keberadaan-nya, tanda cerdasnya Allh, tanda berkehendaknya Allah itulah Ihsan.

Dalam sejarah, Rasulullah dan semua rasul menerima doktrin atau ajaran dasar dari langit. Nanti doktrin-doktrin itu dipahami, diinterpensi, ditafsirkan, dikembangkan menjadi konsesp-konsep, pemikiran-pemikiran, kajian-kajian. Dan ketika kajian-kajian itu sudah begitu meluas dan mendalam, untuk mudah diajarkan ke anak-anak atau generasi berikutnya, kajian-kajian tersebut harus disusun secara tematik dan sistematik itu adalah ilmu. Doktrin dasar yang diterima oleh Rosulallah adalah IMAN, ISLAM, IHSAN. Dan nanti setelah Nabi wafat, IMAN, dikembangkan menjadi AKIDAH, ISLAM di kembangkan menjadi SYARIAH, dan IHSAN de kembangkan menjadi TARIKAT.

Dalam rukun isalma ada dua kalimat syahadat. Apa makna dari kebersyahadahatan, dari mana munculnya kebersyahadatan, cukupkah kebersyahadatan sekedar mengucap asyhadu (saya bersaksi)? Atau pengucapan asyhadu itu hanyalah ekspresi dari keyakinan yang sudah terbentuk? Sebab bisa jadi orang itu bisu sehingga dia tidak bisa mengucapkan asyhadu. Maka syarat Islam kata Nabi bukan engkau mengucapkan, melainkan engakau bersaksi. Kare itu orang bisu tetap sah keislamannya walau dia tidak mengucapkan asyhadu, sepanjang dia bersaksi. Apa itu bersaksi? Dia meyakini, dan dia berbuat sesuai denagn apa yang dia yakini.

Di aman Nabi ada seorang sahabat pulang dari perjalanan dagang, melintasi gurun pasir sendirian, dia menyaksikan kehebatan alam dan segala macam, lali dia mendatangi Rasulallah. Dia berkata, Ya Rasulallah aku sudah bersislam sekarang. Kapan? Waktu di tengah gurun pasir, menyaksikan peristiwa-peristiwa dahsyat, di langit, di awan, dsb. Benarkah ajaran Muhammad, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Nah sahabat itu sudah berislam sendirian.

BAGAIMANA DENGAN IHSAN?

Ihsan adalah dalam beribadah merasa melihat Allah ayau dilihat Allah.

BAGAIMANA CARANYA AGAR MELIHAT ALLAH?

Para sahabat mengajarkan caranya, tabiin juga mengajarkan, maka muncullah metode-metode dan latihan-latihan untuk mebuat orang dalam beribadah dapat melihat Allah. Metode bahasa Arabnya disebut thariqah Maka muncullah thariqah-thariqah (tarikat).

APAKAH TASAWUF?

Dalam perkembangan berikutnya, kajian syariah disusun sistematik menjadi ilmu fikih, akidah disusun menjadi ilmu ushuluddin, tarikat berkembang menjadi ilmu TASAWUF. Maka sebenarnya fikih, ushuluddin, dan tasawuf tidak bisa dipisahkan. Karena ulama-ulama masa lalu, mereka tidak memisahkan ketiga aspek ini. Ulama fikih semacam Abu Hanifah, dia berkata jika tidak karena dua tahun Abu Hanifah telah celaka. Dua tahun itulah saya bersama Iman Jafar, saya dibimbing untuk mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar. Itu adalah ucap seorang ahli fikih pendiri mahab Hanafi.
Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki berkata, Siapa yang mengamalkan TASAWUF tanpa FIKIH, maka dia sudah menjadi zindik (klinik perdukunan). Sebaliknya, orang yang hanya mempelajari FIKIH tanpa TASAWUF (latihan kerohanian), sebenarnya dia sesat. (Ref. Buku Menembus Bats. Ust Drs. H. Wahfiuddin MBA)

No comments:

Post a Comment