Thursday, January 7, 2010

SI UJANG MEMANGGIL MAMANYA DI ATAS NISAN


Sampai detik cerita ini di tulis, si ujang panggilan bocah kecil berusia 4 tahun yang saya temui di kampung kedongorang di pucak gunung jawa barat, bocah ini selintas masih menghiasi di benak saya sesampai saya di jakarta. Si ujang adalah bocah lugu hitam mungil kurus agak tak terurus, hari pertama saya tiba di kampung tersebut anak ini terlihat nelangsa dimata saya saat bik is yang mengurus bocah ini menyambut kedatangan saya sekitar pukul 19:30 pm. Si ujang duduk sendiriaan di atas dipan sebelah kanan dimana saya duduk di sofa yang sudah agak lusuh, si ujang di tinggal nininya menyambut saya. Sesekali saya melirik ke arah ujang dia menunduk diam tanpa expresi di wajahnya terlihat mengantuk . Saya menaruh curiga biasanya si anak kecil ketika tidur diiringi mamanya lalu ditinggal pergi dia akan merengek sambil membuntuti mamanya, namun tidak dengan si ujang, dia diam duduk ditempat seraya mengharap seperti anak yang lain namun tidak berani…. hati saya bertanya tanya ada apa sebenarnya dengan anak ini?

Hari berikutnya bik is berkunjung dengan bocah kecil ini, dia duduk disebelah kirinya terlihat diam dan tunduk, saat saya mencoba menegur dan mencandainya….si ujaaang ….begitu saya menirukan panggilan anak ini, si ujaaang eh…. kasep pisan senyumnya….dia malu-malu bersembunyi di balik meja. Sesekali saya mencoba mencandainya di sela sela obrolan saya dengan bik is. Saya tunjukkan kamera dan memfotonya….dia mulai memberanikan diri mendekati saya….iye naon katanya? Oh…iye kamera kata saya….kamera teh naon tanya lagi? Kamera teh buat foto jawab saya….poto nyak? katanya. Nyak kata saya…sini saya foto…si ujang mulai terlihat senang ceria dan berjingkrakan….dari situ saya mulai akrab dengan si ujang….

Sore hari si ujang datang sendirian tidak bersama nininya….eh mang ujang datang….mana mamanya tanya saya…nini ente aya katanya..nini teh naon kata saya..si ujang ngak ngerti… nini teh mama kata saya tanya uwi…nini teh nenek katanya…oh..kenapa atuh manggil nini bukan mama….karena itu bukan mamanya tapi nenehnya…..oh begitu kata saya. Berawal dari situ kami bermain main bersama dan hari hari berikutnya, si ujang sering berkunjung, begitu juga saya…kami mulai dekat si ujang pun tidak merasa takut bahkan mencari-cari saya jika berkunjung….

Hari berikutnya saya berjalan-jalan berkunjung ke rumah nini na membeli pisang goreng dan bakso dalam perjalanan.

Sesampai dirumah saat kami sedang menyantap bakso bersama di sela sela obrolan saya sempatkan bertanya, dimana wik mamanya si ujang?…itu yang lagi hamil…si uwi menujuk ke ibu yang sedang hamil...duduk makan bersama kami, hanya sampai disitu pertanyaan saya...merut saya sudah cukup. Saya menyimpulkan bahwa mamanya si ujang sedang hamil besar sehingga tidak bisa menjaganya mungkin.

Kami sering bermain bersama dikolam ikan dengan uwi, si ujang, dea, dan dira. Hari itu sangat menyenangkan kami duduk beramai ramai di saung dekat kolam, kami bermain hingga magrib tiba hingga dea di telp bapaknya di haruskan pulang….dea terlihat berat untuk pulang meninggalkan kami…dea besok pagi kakak mau pulang kejakarta sekarang dea pulang aja dulu nanti dea bisa main lagi kesini kata saya.. .hah..ngak cukup waktu kak katanya…kenapa? Sudah malam katanya.. oh.. memangnya rumah dea jauh dari sini…ngak jauh tapi harus naik angkot Rp.500. Akhirnya dea pulang meninggalkan kami.

Si tante tintin memanggil kami dari jauh eh….sini semua ada bik is di sini…lalu kami berlarian menemui bik is yang membawa pisang dan cireng pesanan saya tadi pagi. Kami makan dan ngobrol bersama….si ujang tak ketinggalan…Lalu si uajng pulang dengan nininya…Kami sangat menikmati saat saat bersama dengan si ujang semuanya terkesan di hati saya….Malam sehabis isak si uajng datang lagi bermain main dengan kami….hingga larut..saat ditanya dia bilang tidak ngantuk katanya. Jika tidak dipaksa pulang maka si ujang pun akan tetap bermain di situ bersama kami….

Pagi harinya sekitar pukul 5 setelah sholat subuh saya membuka pintu depan melihat suasana pagi dan gunung di depan rumah, terlihat siujang berdiri sendirian di atas pinggir jalan lebih tinggi dari rumah. Uwi itu ada si ujang panggil gih….kesini. Si ujang tahu kalau saya mau pulang hari ini dan dia nungguin kami sampai berangkat…da da ujang….teriak kami dari dalam mobil…. hingga si ujang tak terlihat lagi…

Di kota lain saat kami makan siang bersama tante tintin, sembari ngobrol sampai pada obrolan tentang si ujang. Tante bercerita tentang si ujang. Si ujang adalah anak bungsu pak asep, dari empat bersaudara, teteh nya rini dan dea kelas 5 SD, dira laki laki di TK lalu si ujang. Mama ujang meninggal 2 bulan yang lalu karena sakit mag.. Bapak ujang sudah menikah lagi…si ujang dan kakaknya tinggal bersama mama dan nenek tirinya. Nenek tirinya agak kurang senang dengan si ujang karena merasa bukan cucunya sendiri begitu juga mama tirinya. Si ujang disuruhnya mandi sendiri tiap hari dan tidak disayanginya, begitu juga kakak kakak si ujang..

Seperti hari hari biasanya si ujang bermain dan pulang sendiri kerumah jika sudah sore hari tiba. Suatu hari karena nenek dan mama tirinya kurang perduli dimana si ujang bermain…dibiarkannya hingga bedug magrib tiba dan si ujang belum juga pulang …di cari carinya si ujang sama bapaknya tetapi tidak diketemukan. Sehingga beberapa orang membantu mencari di beberapa tempat, hingga ke pemakaman, dari kejauhan dilihatnya si ujang sedang duduk di pemakaman sendirian persis diatas makam mamanya sambil memegangi kayu nisan…di goyang goyangnya kayu nisan mamanya sambil memanggil manggil mama mama mama…..begitu cerita si tante tintin, mendengarkan cerita saat itu saya meneteskan air mata…bahkan detik ini saat saya menulis cerita ini pun masih meneteskan air mata haru….ada yang tahu kira kira apa yang ada didalam benak bocah sekecil itu…..

Malam itu saya membelikan oleh oleh untuk si ujang dan saya titipkan sama uwi yang akan kembali bertemu ujang besoknya….semalaman saya gelisah tidak dapat tidur sesekalai teringat si ujang…. Saya terbesit untuk membantu anak ini….dia agak kurus hitam dan terlihat kecil dari usianya….setelah kejadian itu si ujang diambil neneknya yaitu bik is ibu kandung bapaknya si ujang. Kondisi si ujang menurut cerita tante tintin sudah lebih bersih, dulunya badan si ujang kotor dan kakinya korengan…karena mandinya sendiri….seperti yang saya lihat kakak ujang si dira yang masih ikut mama tirinya terlihat banyak korang dikakinya itu menunjukkan bahwa si ujang dulunya juga seperti itu…..

Sungguh tahun baru yang mengesankan begitu berbeda dengan tahun tahun sebelumnya…saya memperoleh banyak pengalaman…yang menurut saya ini sangat berarti ubisa berbagi kegembiraan bersama di suatu kampung terpencil yang belum pernah saya tahu dengan anak anak yang lugu dan lucu. Saya memilih suasana seperti ini dari pada berhura hura dengan teman teman di kota.

Di kampung ini meskipun hanya dengan pisang goreng makanan kami dan bermain dikolam atau disawah namun sangat nikmat serta menyenangkan…. Saya bisa memetik hikmahnya…..jika di niatkan mungkin saja berkunjung kenegara lain juga bisa namun saya memilih yang seperti ini saja….

Sesampai di jakarta anak anak merindukan saya, ketika saya mengubunginya lewat telp. Kedengaran suara si ujang dari balik telp… kakak ujang kangen kapan kakak datang katanya…duh …haru sekali ndengernya….saya pengen ketemu si ujang lagi….