Thursday, June 3, 2010

MANUSIA CIPTAAN YANG SEMPURNA

Jika kita bertanya apakah kita sudah merasa menjadi manusia yang sempurna, yang karena fitrah kemuliaan bisa mewujutkan berbagai niatnya dengan relatif mudah. Saya khawatir tidak. Oleh karena kalau kita sempurna, harusnya kita bisa lebih hebat dari kondisi sekarang. Hidup kita serba memuaskan, sukses dalam segala hal, baik karier, finansial, keluarga, kesehatan dan hubungan dengan orang lain. Tapi mengapa kita tidak seperti itu?

Seba, kita semua sudah lupa akan fitrah kita sebagai manusia. Fitrah kita sendirilah yang harus kita tuju, agar kita kembali mendapatkan hak illahiah kita, yaitu menjadi sebaik-baik ciptaanNya. Bagaimana caranya?

Manusia yang sempurna adalah manusia yang hidup seimbang dan utuh dengan seluruh kecerdasaanya. Kecerdasan fisikal, intelektual, emosional dan spiritual (PQ, IQ, EQ dan SQ). Kecerdasan fisik dan intelektual umumnya kita dapat dari bangku pendidikan, kecerdasan emosional dari pergaulan, dan kecerdasan spiritual dari kematangan pengalaman hidup. Itu adal penjelasan teoritis yang juga bisa dibaca dari berbagai literatur lainnya.

Manusia dilahirkan dengan perasaan mampu melakukan segalanya. Sebelum kemudian dikacaukan oleh pesan-pesan ketidakmampuan yang datang dari lingkungannya. Perasaan mampu itu ditunjukan dengan keberanian melakuakn sesuatu. Sebagai contoh perhatikan tingkah laku bayi yang berusia 8 – 9 bulan keatas ketika ia baru mulai bisa duduk dan mencoba untuk menirukan orang-orang dewasa di sekitarnya. Dia akan mengekplorasi dunianya dengan penuh keberanian walaupun tubuhnya belum siap untuk itu. Karena dikepalanya belum memiliki konsep bahwa ia tidak mampu.

Dia akan terus bersemangat mencoba melakukan segala hal baru dengan antusias dan tekun. Semua dihadapi 100% dengan penuh semangat, tawa, dan air mata. Suatu totalitas keikhlasan yang sempurna. Ia kerahkan segala yang ia punya samapai kemudian jika ia kurang beruntung berangsu-angsur mulai masuk pesan-pesan ketidakmampuan dari lingkungan yang dipenuhi oleh kata-kata, jangan, tidak boleh atau tidak bisa. Sang bayi ikhlas itu pun mulai meragukan potensi dirinya.

Perasaan bahwa kita sanggup menentukan dan merancang kehidupan kita sendiri sebenarnya kuat terasa di dalam hati kita. Terbukti setiap kali usaha kita dikecilkan oleh orang lain kita akan merasa tidak senang. Tetapi meskipun perasaan bisa itu merupakan fitrah kelahiran manusa, pada saat masuk ke dalam masyarakat ia akan dipaksa untuk menerima kesepakatan bersama bahwa ia hanya akan berhasil…

Kalau punya banyak uang
Kalau punya banyak pengalaman
Kalau punya ijazah dari luar negeri
Kalau punya koneksi orang dalam
Kalau punya modal yang cukup
Kalau punya tubuh ramping
Kalau diberi kesempatan

Dan beragam kalau yang tidak mungkin ia bisa penuhi semuanya. Menurut buku QI bahwa kita sudah dikaruniai berkah kelahiran yang luar biasa untuk bisa berhasil didalam apa pun rencana keberhasilan kita. Bahwa fitrah semua manusia adalah untuk berhasil. Tuhan menciptakan manusia bukan untuk mengalami kegagalan. Bahwa kegagalan bukanlah nasib, melainkan serangkaian keputusan yang kurang tepat dan selalu bisa diputar kembali kearah keberhasilan.(Ref QI)

No comments:

Post a Comment